Artikel disusun oleh Yab Sarpote Apa yang dimaksud dengan swakelola pekerja? Swakelola Pekerja sudah dapat ditebak dari istilahnya: para pekerja mengontrol tempat kerja mereka sendiri, tidak bertanggung jawab kepada siapa pun kecuali diri mereka sendiri, dan juga kepada sesama pekerja yang bekerja bersama-sama di sebuah tempat kerja. Semua orang yang terlibat dalam pembuatan keputusan di tempat kerja punya posisi yang setara: satu orang, satu hak suara. Ini tidak berarti bahwa setiap keputusan dibuat secara kolektif. Jika ada hal yang hanya berdampak pada satu orang pekerja, maka pekerja tersebut dapat membuat keputusannya sendiri. Namun, kapan pun sebuah keputusan berdampak pada lebih dari satu pekerja, maka semua pekerja yang terdampak punya hak suara yang sama dalam pengambilan keputusan tersebut. Bagaimana tempat kerja dapat dijalankan tanpa adanya bos? Bagaimana struktur tempat kerjanya? Saat ada bos yang selalu memerintahmu soal hal yang harus dilakukan, atau punya kekuasaan dan otoritas lebih besar darimu saat keputusan akhir dibuat, kamu merasa tidak berdaya dalam pekerjaan. Manajemen hierarkis menghisap energi para pekerja dan membuat para pekerja terasing dari hal yang mereka kerjakan. Inilah yang terjadi saat kerja bukanlah milik para pekerja: para pekerja merasa ogah-ogahan, “malas” menuruti perintah sang bos, tidak antusias, asal bapak senang dan, di tingkat yang ekstrim, konflik ini bisa berkembang menjadi konflik yang lebih parah, misalnya pengunduran diri, sabotase, mogok kerja, tuntutan hukum, bahkan konflik berdarah. Apalagi jika sang bos makin lama makin eksploitatif terhadap para pekerjanya: upah kecil, jam kerja panjang, perlakuan kejam, lembur, tidak ada jaminan sosial, asuransi kesehatan, jaminan pensiun, dan lain sebagainya. Pada dasarnya, para pekerja punya pemikiran sendiri mengenai kerja yang ingin mereka lakukan karena setiap hari para pekerjalah yang mengerjakan hal tersebut, merekalah yang paling tahu pekerjaan yang mereka lakukan. Akan tetapi, para bos dalam manejemen hierarkis seringkali hanya tahu laporan informasi agregat dari para pekerja yang mereka kontrol, jarang mengerjakan langsung pekerjaan tersebut. Para bos yang hanya segelintir orang ini berupaya memahami informasi dan praktik kerja yang sangat banyak dan sangat beragam demi memenuhi ambisi kontrolnya terhadap pekerja yang diupahnya. Oleh karena itu, para bos ini gagal memahami kebutuhan dan aspirasi para pekerja. Terlebih lagi, tentu saja para bos menjadikan uang dalam investasi modal mereka sebagai kekuatan sosial yang dapat digunakan setiap saat untuk memaksa para pekerja untuk menuruti kemauan mereka. Kalau para pekerja menolak, tentu para bos siap memecat mereka. Posisi dilematis dan timpang yang dialami para pekerja di hadapan kekuatan sosial uang yang dimiliki para bos ini membuat para pekerja tidak punya pilihan lain selain menuruti kemauan para bos. Berseberangan dengan skema manajemen hierarkis ini, dalam swakelola pekerja, kamu punya hak suara yang sama tentang bagaimana kerja dijalankan di tempat kerja, sama seperti para pekerja lain yang bekerja denganmu. Demokrasi langsung diterapkan. Di dalamnya, setiap pekerja yang terkena dampak suatu hal lah yang berhak memutuskan keputusan secara kolektif atas hal tersebut. Dalam tempat kerja yang lebih kecil, hal ini dapat dilakukan dengan sangat mudah dengan menggunakan struktur kolektif yang sederhana. Di tempat kerja yang lebih besar, hal ini dapat dilakukan dengan mudah dengan membagi tempat kerja ke dalam departemen-departemen. Departemen-departemen tersebut, misalnya, dapat dibagi berdasarkan jenis kerja yang dilakukan. Departemen ini dapat terdiri dari tim-tim pekerja yang bekerja bersama-sama dalam tugas harian. Setiap departemen dapat berfungsi sama dengan kolektif pekerja di tempat kerja yang lebih keciL Contoh struktur swakelola kolektif kecil Saat keputusan besar yang mencakup seluruh tempat kerja harus dibuat, delegasi dari setiap departemen dapat dikirimkan ke dalam rapat semua departemen. Delegasi ini tidak punya kuasa yang lebih tinggi daripada departemen individualnya. Delegasi hanya bertugas menyampaikan aspirasi dan keputusan departemennya yang telah disepakati sebelumnya di dalam departemennya. Kurir atau penyampai pesan, itulah tugas sang delegasi ini. Para delegasi akan secara rutin dirotasi sehingga tidak ada satu pekerja pun yang akan mengembangkan pengaruh dominan terhadap pekerja lainnya karena terlalu sering menjadi delegasi. Keputusan-keputusan para delegasi tunduk pada persetujuan demokratis para pekerja di tempat kerja tersebut, dan oleh karenanya para delegasi ini bertanggung jawab untuk menyampaikan mandat. Contoh penerapan swakelola dalam kelompok kerja/departemen individual dan hubungannya dengan rapat delegasi Punya pertanyaan terkait artikel ini atau swakelola pekerja? Tertarik belajar bersama tentang swakelola pekerja? Silakan email kami di [email protected]
0 Comments
Your comment will be posted after it is approved.
Leave a Reply. |
Tim AOA
Halaman ini memuat kabar terbaru dari kami. Arsip
Kategori
|